Article Detail

Akulah Garam dan Terang Dunia

Magelang, 25 Maret 2016. Visualisasi Kisah Sengsara Yesus bersama para siswa SMA Tarakanita Magelang ini bernuansa total Jawa. Tidak hanya dalam busana, tetapi eksplorasinya mencoba sampai ke dalam makna, sikap, musik, dan tembang. Yesus ketika membasuh kaki para rasul tidak mengucapkan dialog sedikitpun, Edo sang pemeran Yesus diringi kemanak hanya nembang Suluk Jugag Pathet 9 dan Gambuh. Bunyinya begini "haywa pegat ngudu ronging budyayu, margane suka basuki, dimen luwar kang kinayun, dst..." dan "rasane wus karasuk, kesuk lawan kala mangsanipun, kawisesa kawasa nira hyang widi, dst...". Ada sedikit dialog, kemudian ketika Edo (yesus) di taman getsemani juga dengan tembang Pangkur "singgah singgah kala singgah, pan suminggah kala durga sumingkir, sing a wadhag, sing a wulu, dst...". Makna dari tembang Jawa karya Ronggowarsito ini ternyata begitu dalam menyentuh esensi kisah sengsara.

Salah satu kreasi paling berani dari  pendamping ( Mas Seto) adalah mewujudkan Simon dari Kirene dalam wujud Gathotkaca. Kebetulan salah satu Siswa SMA Tarakanita ( Yericco) bisa menari Gathotkaca, lalu hasil diskusi kreatif dengan Ki Agus Bima Prayitna, hasilnya seperti ini. Watak Satriyo Simon dari Kirine cocok dengan Gathotkaca. Siswa yg menari ini seolah terbang dari atas melihat Yesus jatuh lalu terbang turun ke bawah, merendah membantu Yesus. Drama visualisasi ini pun diliput oleh kru dari KOMPAS TV, "Terima Kasih KOMPAS TV (Frederico Dwisetyanto), telah merespon anak-anak Bangsa dari SMA Tarakanita Magelang dalam Visualisasi Kisah Sengsara Yesus dengan Nuansa Jawa (tidak hanya tempelan busana, musik dan bahasa, tetapi juga filosofi, tembang kuno dan pesan moral) dan Pesan Lingkungan Hidup ini" ungkap Mas Seto sang pelatih dan sutradara. (Panca)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment